
Maninjau merupakan danau vulkanik. Cekungannya terbentuk karena letusan Gunung Merapi. Gunung itu berketinggian 2.891 meter dari permukaan laut (mdpl) yang berada di sekitar Maninjau. Namun jika merunut pada legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.
Ada sebuah keluarga terdiri dari 10 orang, 9 orang laki-laki atau disebut bujang dan seorang perempuan bernama Sani. Keelokan paras dan perilaku Sani, menjadi daya pikat tersendiri bagi pemuda bernama Sigiran. Belakangan, datang tuduhan dari Bujang Sembilan bahwa pasangan sejoli ini telah melakukan perbuatan amoral.
Bantahan atas tudingan itu ditunjukkan kedua insan itu dengan cara meloncat terjun ke kawah gunung. Jika gunung meletus, berarti tuduhan itu benar. Ternyata gunung tidak meletus. Sedangkan kawah kemudian membesar dan kemudian terbentuklah danau tersebut. Karena tuduhannya tidak terbukti, para Bujang Sembilan kemudian dikutuk menjadi ikan.
Sementara dari segi nama, Maninjau berasal dari kata Tinjau. Dahulu ada satu rombongan hanya ingin meninjau saja. Namun belakangan ternyata justru menetap di sana. Jadilah kawasan tempat menetap itu dinamakan Maninjau.
Secara geografis, Maninjau berada di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumbar. Danau ini berada di ketinggian 461,50 mdpl. Sementara luas permukaan danau sekitar 99,5 kilometer persegi, dengan kedalaman maksimum 495 meter.
Secara keseluruhan, Maninjau merupakan danau terluas kesebelas di Indonesia, sedangkan di Sumbar merupakan danau terluas kedua dari empat danau di provinsi tersebut. Di urutan pertama, Danau Singkarak dengan luas mencapai 129,69 kilometer persegi, yang berada di dua kabupaten, Tanah Datar dan Solok, serta Danau Di Bawah dan Danau Di Atas di Kabupaten Solok. Kendati terluas kedua, namun pengunjung lebih banyak mendatangi Maninjau. Fasilitas penginapan juga lebih banyak di sini. Puluhan hotel berbintang hingga penginapan kelas homestay berada di tepian danau, selalu kebagian pengunjung. Salah satu pemandangan itu, terlihat di Hotel Pasir Panjang Permai. Sebuah penginapan kelas bintang satu dengan posisi strategis di tepian danau.
Awal Mei lalu, sekitar 20 turis dari Eropa menginap di sini. Kedatangan mereka pertanda kehidupan pariwisata Maninjau masih berjalan normal. Jaraknya yang cukup dekat dengan ikon wisata Sumbar, yakni Kota Bukit Tinggi, menjadi salah satu penyebab. Hanya 36 kilometer. Jika mengendarai mobil, jarak tempuhnya sekitar 45 menit. Sekitar 15 menit menjelang danau, perjalanan akan melewati Kelok Ampek Puluh Ampek, penurunan tajam sebanyak 44 kelokan. Setiap kelokan memang patah. Nomor urut setiap kelokan, terpampang pada signboard di tiap sudutnya.
Berhenti pada kelokan kedua di Embun Pagi, yakni kelok nomor 43, akan terlihat keseluruhan lekuk danau dari utara ke selatan. Namun jika datang dari Padang, sajian pemandangan juga menarik. Mulai dari hutan rakyat, air terjun Lubuk Sao, hingga pusat pembangkit listrik tenaga air yang dioperasikan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Melayang ke Langit
Bagi Anda yang belum pernah singah, sempatkanlah meninjau ke Maninjau. Danau ini menjanjikan kedamaian yang padu. Keindahannya tidak kalah dengan danau-danau di Luzern, Zurich, atau Swiss yang terkenal di seluruh dunia. Mulai pagi hingga malam menjelang, danau memberikan nuansa pemandangan yang beragam.
Pagi hari, kabut tebal menutupi hampir seluruh permukaan danau. Namun, begitu matahari mulai terbit, perlahan kabut mulai menipis. Melayang ke langit. Lantas pegunungan Bukit Barisan yang ada di depannya terlihat utuh. Deretan hijau yang menjaga ketersediaan air danau. Pagi juga kesempatan untuk menyaksikan petani keramba jala apung memberi makan ikan.

Sempatkanlah berkunjung ke Kampung Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang Maninjau. Di sini terdapat rumah tempat lahirnya Haji Abdul Malik Karim Amirullah yang dikenal dengan nama Buya Hamka. Sastrawan Indonesia yang terkenal dengan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck itu, lahir di desa ini pada 16 Februari 1908. Rumah kelahirannya yang berdiri di pinggir jalan menghadap persis ke arah danau, berupa rumah kayu dengan ukuran 17 x 9 meter yang berdiri di areal sekitar 75 meter persegi.

Di Maninjau, pada pertengahan tahun biasanya juga ada kejuaraan nasional paralayang. Lokasi take off-nya ada di Puncak Lawang, Kecamatan Matur. Titik terbang yang berada di ketinggian 1.210 meter ini bisa ditempuh sekitar 15 menit dari danau dengan menggunakan kendaraan bermotor. Lokasinya memang menarik. Latar belakang pemandangan ke arah bawah, terhamparlah wajah tenang Danau Maninjau. Pemandangan serba hijau segar, dengan langit biru cerah. Udara yang sejuk terasa membersihkan paru-paru.

Kendati malam hari kesunyian begitu terasa di Maninjau, namun menikmati desau angin danau bisa dilakukan pada kafe-kafe yang ada di sana. Nikmati segelas cappucino hangat dengan cemilan khas seperti karah kaliang, dakak, atau keripik balado. Kafe-kafe di sini umumnya bernuansa sederhana dan menyenangkan, dengan sajian utama kerlip lampu di tepian danau.
Misalnya di Waterfront. Selain di bangunan utama, bisa juga duduk di saung yang menghadap danau. Jika minum sendirian, kesempatan ini adalah momen untuk merenungkan kebesaran Tuhan.
sumber :wisatanet
1. Makam Syech Sialahan (Kegiatan : Wisata Ziarah)
Lokasi: Kelurahan KTK Kec. Lubuk Sikarah
Situs makam syech Sialahan adalah makam seorang tokoh penyebar agama Islam yang bernama asli Husein Bin Muhammad. Beliau merupakan seorang ulama Islam yang mengajar agama Islam pertama kali di daerah Sialahan kab. Tanah Datar.
Makam ini terletak bersebelahan dengan Surau Latiah yang juga merupakan salah satu obyek wisata sejarah di Kota Solok.
2. Surau Latiah
Lokasi: Kelurahan KTK Kec. Lubuk Sikarah
Surau latiah merupakan surau tertua di Kota Solok dan dibangun sekitar tahun 1902 dengan arsitektur bangunan berbentuk rumah adat Minangkabau (rumah Gadang) dan model atap bergonjong.
Surau latiah ini dibangun dengan tujuan sebagai tempat menuntut ilmu agama Islam sekaligus sebagai pusat penyebaran Agama Islam yang dilakukan oleh Syech Sialahan untuk daerah Solok dan sekitarnya.
3. Lasuang Jawi Orok
Lokasi: Kelurahan Aro IV Korong Kec. Lubuk Sikarah
Menurut cerita yang beredar di masyarakat sekitar lokasi obyek wisata ini, didapat keterangan bahwa jawi orok (anak sapi) adalah seekor sapi yang lepas dari daerah Pangian Padang Panjang yang tersesat ke Nagari Solok. Sapi ini dipelihara oleh keluarga keponakan Datuk Bandaro Hitam yang berdomisili di Kelurahan Aro IV Korong. Menurut keluarga yang memeliharanya, sapi ini mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan sapi lainnya. Diantaranya sapi tersebut dapat membajak sawah tanpa harus dikendalikan. Setelah sapi ini mati, menjelma menjadi lasuang jawi orok.
4. Lasuang Inyiak Gulambai
Lokasi: kelurahan Aro IV Korong Kec. Lubuk Sikarah
Menurut kepercayaan masyarakat disekitar obyek, lasuang ini berfungsi sebagai tempat mengolah ramuan untuk sesajian meminta hujan, atau bila terjadi kebakaran di daerah sekitarnya maka ramuannya dioleh di dalam lasuang ini untuk mencegah agar api tidak menyebar kemana-mana.
Keajaiban lain dari lasuang Inyiak Gulambai ini adalah apabila akan terjadi musibah yang menimpa keluarga pemiliknya, maka lasuang ini akan memberikan isyarat berupa bunyi yang menggelegar.
5. Lasuang Batu Baiduang
Lokasi: Kelurahan KTK Kec. Lubuk Sikarah
Keistimewaan dari batu lesung ini adalah bentuknya yang menonjol menyerupai hidung manusia. Menurut masyarakat sekitar obyek, bagian yang menonjol menyerupai hidung ini dapat membuka sewaktu-waktu apabila terjadi musibah menimpa pemilik lesung ini.
6. Batu Laweh Tempat Sujud Syech Supayang
Lokasi: Kelurahan Tanjung Paku Kec. Tanjung Harapan
Kegiatan wisata yang dilakukan adalah adalah wisata pemujaan.
7. Batu Syech Kukut
Lokasi: Kelurahan Sinapa Piliang Kec. Lubuk Sikarah.
Batu ini terletak di bagian atas (kubah) Mesjid Raya Sikarah
8. Gedung SMP I (bekas HIS)
Lokasi: Kelurahan Kampung Jawa Kec. Tanjung Harapan
Bangunan gedung SMP I ini merupakan peninggalan zaman Kolonial Belanda yang dulunya digunakan sebagai sarana pendidikan HIS yaitu sekolah dasar zaman Belanda.
9. Stasiun Kereta Api Solok
Lokasi: Kelurahan Kampung Jawa Kec. Tanjung Harapan.
Stasiun kereta api Solok digunakan pada zaman Belanda sebagai tempat menyimpan rempah-rempah. Kemudian bangunan ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Solok sebagai kantor perusahaan umum kereta api (Perumka) Solok
10. Rumah Gadang Gajah Maharam
Lokasi: Kelurahan KTK, Kec. Lubuk Sikarah.
Menurut pemiliknya rumah adat ini disebut rumah tradisional gajah maaram karena bentuknya yang menyerupai gajah mengeram. Rumah ini merupakan bekas rumah Angku Lareh yang pada masa itu digunakan sebagai tempat untuk belajar pidato, sejenis pantun berjawab yang rutin dipakai pada saat pesta pernikahan, tradisi pengangkatan penghulu (datu) dan acara-acara adat lainnya.
Arsitektural bangunan ini kaya dengan berbagai macam ukiran dan hiasan. Hiasan flora yang terdapat pada banbguna ini melambangkan kekompakan dalam sebuah keluarga besar. Sedangkan pada tiap tiang bangunan diukir dengan hiasan kelopak bunga matahari yang mempunyai makna sebagai pelindung bagi masyarakat sekitarnya.
11. Arena Pacuan Kuda Ampang Kualo
Lokasi: Kelurahan Kampung Jawa Kec. Tanjung Harapan
12. Medan Nan Bapaneh
Lokasi: Kec. Lubuk Sikarah
Medan nan bapaneh merupakan sebuah lapangan terbuka yang cukup luas yang digunakan untuk bermusyawarah bagi pemuka adat.
13. Kawasan Kota Solok Lama
Kawasan Kota Solok Lama ini merupakan pusat kota pada zaman penjajahan Belanda yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan saat itu. Kawasan ini mempunyai arti sejarah yang cukup penting karena kawasan ini merupakan cikal bakal perkembangan Kota Solok selanjutnya. Daerah ini terletak di tengah Kota Solok yang membujur dari arah stasiun kereta api sampai Kantor Demang (sekarang Kantor DPRD Kota Solok)
Sumber Wisata Solok
Syekh Burhanuddin dikenal sebagai penyebar agama di Minangkabau pada abad ke-17. Beliau memiliki pengetahuan yang mendalam tentang agama Islam dan juga dipercayai memiliki kekuatan supranatural.
Sumber site padang pariaman
Jam GadangJam Gadang
Didirikan oleh Controleur Rook Maker pada tahun 1926 yang berlokasi di pusat kota, bangunan ini dirancang oleh Putra Minangkabau Jazid dan Sutan Gigih Ameh. Jam Gadang ini merupakan lambang Kota Wisata Bukittinggi yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon-pohon pelindung, yang dapat memberikan kesejukan dan berfungsi sebagai alun-alun kota. Dari puncaknya kita dapat rnenikmati dan menyaksikan betapa indahnya alam sekitar Bukittinggi vang dihiasi Gunung, Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago dan Ngarai Sianok. Salah satu keunikan Jam Gadang adalah angka empat yang ditulis dengan empat buah angka satu Romawi yang seharusnya ditulis dengan angka empat Romawi. Disekitar Jam Gadang ini juga telah dibangun taman yang menambah semarak dan indahnya lokasi tersebut dengan berbagai bunga dan pepohonan serta fasilitas tempat duduk dan digunakan untuk menikmati pemandangan kota yang sangat menawan, sambil menikmati makanan spesifik. Selain itu disekitar Jam Gadang terdapat Istana Bung Hatta atau Tri Arga dan terdapat sebuah plaza yaitu Plaza Bukittinggi
Benteng Fort De Kock
![]() | Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Markus De Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya perang Paderi pada tahun 1821-1837. Disekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Dari lokasi wisata ini kita dapat menikmati Kota Bukittinggi dan daerah sekitarnya. |
Taman Panorama
Taman Panorama yang baru saja selesai direvitalisasi berlokasi di Jl. Panorama yang berjarak 1 Km dari pusat Kota Bukittinggi. Dari dalam taman ini kita menikmati pemandangan yang indah dan mempesona terutama kearah lembah Ngarai Sianok dengan latar belakang Gunung Singgalang. Di lokasi ini terdapat kios-kios souvenir khas Minangkabau, warung makanan dan minuman, tempat duduk permanen, parkir dan fasilitas lainnya. | ![]() |
Taman Marga Satwa Kinantan
![]() | Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan atau lebih dikenal dengan sebutan Kebun Binatang. Obyek wisata ini dibangun tahun 1900 oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Controleur Strom Van Govent yang berkebangsaan Belanda. Kemudian pada tahun 1929 dijadikan kebun binatang oleh Dr. J. Hock dan merupakan satu-satunya kebun binatang yang ada di Sumatera Barat, dan merupakan kebun binatang tertua di Indonesia. Di tengah lokasi wisata ini terdapat Museum Kebudayaan berbentuk rumah adat Minangkabau, Museum Zoologi dan tempat bermain anak-anak. |
Jembatan Limpapeh
Sebagai penghubung antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De Kock maka terdapat sebuah Jembatan yang bernama Jembatan Limpapeh yang dibangun dengan konstruksi beton dengan arsitektur atap yang berbentuk gonjong khas rumah adat MinangKabau. Jembatan ini berdiri di atas Jalan A. Yani dan dari sini kita dapat menyaksikan keindahan alam Bukittinggi dan keramaian Jalan A. Yani. | ![]() |
Janjang Saribu
![]() | Jenjang 1000 merupakan objek wisata yang masih alami, berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Jenjang 1000 ini digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengambil air minum ke lembah Ngarai Sianok, disamping untuk berolah raga jalan kaki dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang yang angun dan mempesona. Pada tempat wisata ini tersedia tempat peristirahatan (kopel) WC, kolam pancing, lokasi camping serta lapangan parkir yang luas. Disamping itu kita menyaksikan perilaku binatang liar seperti kera yang berkeliaran sambil bermain dan melompat dari dahan ke dahan dan burung-burung berkicau bernyanyi menghibur para pengunjung |
Taman Panorama Baru
Berlokasi di Kelurahan Puhun Pintu Kabun Kecamatan Mandiangin Koto Salayan. Panorama Baru ini merupakan suatu kawasan yang memiliki pemandangan yang indah ke arah Ngarai Sianok dengan medan yang berbukit-bukit serta area yang luas.Dilokasi ini kita dapat menikmati keindahan panorama alam Ngarai Sianok. Terdapat berbagai fasilitas pendukung wisata antara lain tempat-tempat duduk permanen dan kopel. Disamping itu obyek wisata ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat camping, hiking dan penampilan berbagai acara kesenian. Pada minggu pagi tempat ini ramai dikunjungi karena udara yang bersih sambil berlari-lari pagi untuk kebugaran jasmani. | ![]() |
Janjang Ampek Puluah
![]() | Jenjang ini dibangun pada tahun 1908 yang pada awalnya merupakan sebagai penghubung antara Pasar Atas dengan Pasar Bawah. Sebagai salah satu objek wisata di Kota Bukittinggi, jenjang ini telah memberikan inspirasi kepada pencipta lagu Minang Syahrul Tarun Yusuf dengan judul lagu "Andam 0i |
Lubang Jepang
Lubang ini sebenarnya lebih tepat disebut terowongan (bunker) Jepang. Dibangun tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan tentara Jepang dalam PD II dan perang Asia Timur Raya (Dai Tora Senso) atas perintah pemerintah militer Angkatan Darat Jepang (Tentara Kedua Puluh Lima) untuk Sumatera berkedudukan di Bukittinggi dengan Komandan Tentara Pertahanan Sumatera Jend. Watanabe. Terakhir komandemen militer se Sumatera dipimpin oleh Seiko Seikikan Kakka yaitu Jend. Kabayashi, Walikota terakhir Sito Ichori. Bukittinggi dengan nama Shi Yaku Sho meliputi Kurai Limo Jorong dan juga mencakup Ngarai Sianok, Gaduik, Kapau, Ampang Gadang, Batutaba dan Bukit Batabuah. Lubang Jepang memiliki panjang sekitar 1400 m dan lebar ± 2 m. Kita dapat masuk ke Lubang Jepang ini dan dengan menelusurinya kita akan merasakan sensasi yang sangat unik. Didalamnya terdapat ruang makan, ruang minum, ruang penyiksaan, dapur dan ruang persenjataan. Pintu masuk Lubang Jepang ini terdapat dibeberapa tempat seperti di tepi Ngarai Sianok, Taman Panorama, dan disamping Istana Bung Hatta atau Tri Arga | ![]() |
Museum Tridaya Eka Dharma
![]() | Didepan Taman Panorama terdapat sebuah museum yang bernama Museum Tri Daya Eka Darma. Museum ini merupakan salah satu sarana komunikasi antar generasi untuk mewariskan nilai-nilai juang 45. Di museum ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah seperti pesawat, senjata, sarana komunikasi serta foto perjuangan sewaktu melawan penjajah Belanda dan Jepang dan lain sebagainya. |
Rumah Kelahiran Bung Hatta
Salah satu objek wisata budaya adalah Rumah Kelahiran Bung Hatta, rumah ini adalah tempat lahirnya Muhammad Hatta atau yang lebih akrab dipanggil Bung Hatta yang merupakan seorang tokoh nasional dan internasional, seorang pejuang dan proklamator kemerdekaan Indonesia. Rumah ini berlokasi di Jalan Soekarno Hatta merupakan salah satu alternatif obyek wisata bila berkunjung ke Bukittinggi. Dan didalamnya juga terdapat foto-foto kenangan Bung Hatta dan keluarga. | ![]() |
Pustaka Bung Hatta
![]() | Pemerintah Kota Bukittinggi juga sudah membangun sebuah perpustakaan yang lengkap yang berlokasi di Bukit Gulai Bancah tepatnya di bagian barat Kantor Balai Kota. Pustaka yang bertaraf nasional ini diberi nama Pustaka Bung Hatta dan dilengkapi dengan sarana audio visual, ruang konfrensi, auditorium serta mushalla. Meeting Room yang ada di lantai 3 juga disewakan untuk berbagai kegiatan seperti pesta perkawinan dll. Dibangun diatas tanah seluas 5609 m² pustaka ini merupakan saudara kembar dengan pustaka nasional yang ada di Blitar. |
Museum Saintific Sejarah Alam Bawah Tanah
Di dalam Lubang Jepang akan dibuat sebuah museum yang bernama Museum Saintific Sejarah Alam Bawah Tanah. Di Museum ini akan diletakkan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah terbentuknya bumi yaitu antara lain fosil-fosil, batu-batuan, mineral-mineral dll. Benda-benda tersebut diperoleh antara lain berkat kerjasama dengan Jerman, Belanda, Australia, Amerika Serikat dan untuk dalam negeri bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran. | ![]() |
Taman Monumen Bung Hatta
![]() | Taman ini terletak di tengah Kota Bukittinggi disamping istana Bung Hatta, dibangun dalam rangka memperingati satu abad kelahiran Proklamator Bung Hatta 12 Agustus 2002 dan digagas oleh H. Aminuzal Amin Dt. Radjo Batuah, Drs. H. Yanuar Sjaff Maarifat, Drs. H. Djufri, Drs. H. Dermawan Sjahrial, H. Abdul Hadi, Dr. Hj. Jemfy Naswil, In H. Firman Rasyid dan segenap Alumni SMA Bukittinggi 1958 s/ d 2000. |
Istana Bung Hatta
Terkenal dengan sebutan Gedung Negara Tri Arga, terletak di pusat Kota Bukittinggi tepatnya di depan taman Jam Gadang. Pada zaman penjajahan Jepang gedung ini dijadikan tempat kediaman Panglima Pertahanan Jepang (Seiko Seikikan Kakka) dan pada zaman revolusi fisik tahun 1946 menjadi Istana Wakil Presiden RI Pertama Drs. Mohammad Hatta. Sekarang gedung ini digunakan sebagai tempat seminar, lokakarya dan pertemuan tingkat nasional dan regional yang representatif serta sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Bukittinggi. Arsitektur bangunan ini berciri kolonial, dengan kamar-kamar yang luas berjumlah 8 buah tetapi sekarang ditambah 12 buah. | ![]() |
Kantor Balai Kota
![]() | Lebih populer dengan sebutan Balaikota, terletak di Bukit Gulai Bancah yang diresmikan pada tangga124 Januari 2005 oleh Menteri Dalam Negeri Letjen (Purn) H. Mohd. Ma'aruf, SE. Tempat ini mempunyai lokasi yang sangat indah dan dari ketinggian dapat memandang Kota Bukittinggi dari segala arah dan ada yang mengatakan "Putra Jaya' Bukittinggi. |
Mesjid Jami`Birugo
Mesjid yang berdiri megah ini adalah bangunan monumental yang dibangun pada tahun 1956, batu pertamanya diletakkan oleh Inyiak Sekh Ibrahim Musa Parabek, didampingi oleh lnyiak Haji Abu Samah dan orang tuo-tuo kita di Birugo. Mesjid ini adalah pengganti mesjid Jami’ yang telah ada sebelumnya, karena tidak | ![]() |
pdf print Send Email
TOPOGRAFI DAERAH
Wilayah Kota Bukittinggi terletak antara 100, 21° - 100, 25° Bujur Timur dan 00,17° - 00,19° lintang selatan dengan ketinggian 909 -941 m diatas permukaan laut, berhawa sejuk dengan suhu antara min 16,1 ° - 24,9° max. Kontur tanah bergelombang, terdiri dari bukit-bukit dan lembah-lembah, dengan luas wilayah 25,239 km2 yang terdiri dari 27 bukit yang populer, yaitu :
o Bukit Mandiangin
o Bukit Ambacang
o Bukit Upang-upang
o Bukit Pauah
o Bukit Lacia
o Bukit Jalan Aua Dalam Pasa
o Bukit Cindai
o Bukit Campago
o Bukit Gumasik
o Bukit Gamuak
o Bukit Guguak Bulek
o Bukit Sangkuik
o Bukit Apit Bukit Pinang Sabatang.
o Bukit Malambuang.
o Bukit Cubadak Bungkuak
o Bukit Sarang Gagak
o Bukit Tambun Tulang
o Bukit Cangang
o Bukit Parit Natuang
o Bukit Paninjauan
o Bukit Sawah Laweh
o Bukit Batarah
o Bukit Panganak
o Bukit Kandang Kabau
o Bukit Gulimeh
Bukittinggi yang terkenal sebagai kota pusat pengembangan pariwisata di Sumatera Barat, memiliki alam yang indah dengan dikenal dengan sebutan Bukittinggi Kota Wisata yang dicanangkan Gubernur Sumatera Barat Bapak Ir. Azwar Anas tanggal 11 Maret 1984. Lembahnya yang sangat terkenal ialah Ngarai Sianok yang terletak pada sisi barat kota Bukittinggi dengan kedalaman 100 m serta mempunyai kemiringan antara 80° - 90° yang menjadi daya tarik pariwisata, disamping Jam Gadang yang dibangun Controleur Rook Maker tahun 1926 dengan latar belakang tiga gunung yaitu: Gunung Merapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Sago sehingga pernah populer dengan sebutan Tri Arga sebagai julukan untuk daerah ini.
Wilayah Kota Bukittinggi dikelilingi oleh Kabupaten Agam, dengan batas-batas:
o Utara : dengan Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan TilatangKamang
o Selatan : dengan Nagari Taluak Kecamatan Banuhampu Sungai Puar
o Barat : dengan Nagari Sianok, Tabek Sarojo, Guguak, Koto Gadang, Kecamatan IV Koto
o Timur : dengan Nagari Ampang Gadang Kecamatan IV Angkat Canduang
IKLIM DAN GEOGRAFIS
Pada umumnya di kota ini banyak turun hujan, rata-rata 2,381 milimeter per tahun dengan jumlah hujan rata-rata 193 hari per tahun dan kelembaban hawa berkisar antara min 82,0% - 90,8% max. Oleh Karena itu daerah ini beriklim sedang, berhawa sejuk dengan suhu udara 17-24oC.
LUAS DAN PEMBAGIAN WILAYAH
Kota Bukittinggi terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan 24 (dua puluah empat) kelurahan, yaitu:
o Kecamatan Guguak Panjang dengan 7 kelurahan :
+ Kelurahan Benteng Pasar Atas
+ Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah
+ Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang
+ Kelurahan Kayu Kubu
+ Kelurahan Pakan Kurai
+ Kelurahan Tarok Dipo
+ Kelurahan Bukit Apit Puhun
o Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan 9 kelurahan :
+ Kelurahan Puhun Tembok
+ Kelurahan Campago Ipuh
+ Kelurahan Puhun Pintu Kabun
+ Kelurahan Campago Gulai Bancah
+ Kelurahan Campago Guguak Bulek
+ Kelurahan Manggis Gantiang
+ Kelurahan Pulai Anak Aia
+ Kelurahan Koto Selayan
+ Kelurahan Garegeh
o Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan 8 kelurahan :
+ Kelurahan Birugo
+ Kelurahan Belakang Balok
+ Kelurahan Sapiran
+ Kelurahan Aur Kuning
+ Kelurahan Pakan Labuah
+ Kelurahan Parit Rantang
+ Kelurahan Ladang Cakiah
KEPENDUDUKAN
Kota Bukittinggi mempunyai penduduk menurut data terakhir 98.551 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,04% pertahun. Dengan semangat membangun masyarakat Bukittinggi yang cukup menggembirakan, terbukti dengan meningkatnya kesejahteraan hidup yang pada umumnya bermata pencarian sebagai pedagang, pegawai, petani, pengusaha industri kecil dan kerajinan serta jasa-jasa lainnya. Sebagian besar penduduk Kota Bukittinggi beragama Islam sekitar 99% dan selebihnya beragama Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Penduduk terpadat berdomisili di Kecamatan Guguk Panjang, karena pusat perdagangan dan kegiatan lain sebagian besar berada di kecamatan tersebut dengan kepadatan rata-rata 5.531 jiwa per km2.
Terakhir Diperbaharui ( Jumat, 08 Agustus 2008 )
sumber Bukitinggi Wisata